Paradoks- penerimaan diri dan eksistensi (lesbian)

Dian Novita Kristiyani

Abstract


Penolakan dan diskriminasi masih sering di dapatkan oleh lesbian. Kehadiran lesbian belum sepenuhnya diterima, dengan fakta tersebut maka banyak gerakan baik personal, kelompok maupun organisasi yang menyuaran pengakuan dan pemenuhan HAM. Faktanya keberadaan homoseksual (lesbian) telah sejak lama ada di dunia ini. Penolakan membawa dampak yang cukup besar bagi lesbian, proses penerimaan diri (coming in) akan terasa sangat sulit ketika lingkungan sosial belum bisa menerima diri seorang lesbian dengan orientasi seksualnya. Jika penerimaan diri belum tercapai maka eksistensi diri seseorang lesbian sebagai manusia juga sulit untuk tercapai. Nilai dan makna atas “diri” menjadi dinamika batin yang terus bergejolak. Pemahaman seksualitas yang tidak utuh bagi sebagian masyarakat menjadi satu faktor sulitnya lesbian diterima sebagai bagian dari masyarakat. Hal tersebut membawa dampak pada kehidupan lesbian, kini orientasi seksual bertransformasi ke ruang publik, tidak lagi menjadi ruang privat seseorang. Kontrol atas orientasi seksual terjadi, tidak hanya di masyarakat saja namun Negara juga melakuknnya. Realitas tersebut membuat kehidupan lesbian semakin dinamis dan kompleks. Proses penerimaan diri (coming in) menjadi awal bagi seorang lesbian untuk memulai proses selanjutnya hingga tahap eksistensi diri dan aktualisasi diri. Memiliki makna dan nilai atas diri sendiri bukan berdasar atas nilai yang orang lain berikan.
Kata Kunci : Lesbian, Penerimaan Diri, Eksistensi Diri, Dinamika Kehidupan


Keywords


Sosial

Full Text:

PDF

Refbacks



Copyright (c) 2017 PAX HUMANA



ISSN Cetak : 2337-3512 || ISSN Online : 2548-3021

Tim OJS Pax Humana 2016


Google Scholar


Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional.

Lisensi Creative Commons