Dimensi Perdamaian dalam Ritual Simbolik Sabung Ayam di Sabu Liae

Ivonny Here

Abstract


Sabung ayam di Nusantara cenderung mendapat anggapan negatif dari masyarakat karena selalu disertakan dengan perjudian di dalamnya. Keadaan serupa juga terjadi pada masyarakat Sabu Liae yang faktanya memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakatnya. Jika dibiarkan, stigma negatif terhadap sabung ayam akan terus berkembang dan secara perlahan mematikan makna  sebenarnya dari ritual ini. Sehingga artikel ini bertujuan untuk membahas tentang ritual sabung ayam yang penting bagi masyarakat dengan menunjukkan dimensi-dimensi apa saja yang terkandung di dalamnya sebagai sebuah ritus perdamaian. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan data pustaka. Hasil dari penelitian ini adalah ritual sabung ayam adalah ritual budaya yang sakral dan berbeda dari aktivitas harian karena di dalamnya masyarakat Sabu Liae mengangkat kembali perdamaian yang menjadi latar belakang munculnya ritual tersebut. Melaluinya, masyarakat dapat melihat upaya perdamaian yang telah diciptakan oleh para leluhur sehingga dapat terus mereka wariskan pada generasi-generasi berikutnya. Dalam ritual ini, terdapat beberapa dimensi yang menjadi poin penting bagi terciptanya perdamaian di antara manusia sehingga ritual sabung ayam yang dilaksanakan tidak dapat dilihat sebagai aktivitas harian yang dapat dilakukan dengan sebebasnya seperti dijadikan sebagai sarana untuk berjudi.

Keywords


Ritual Sabung Ayam, Dimensi Perdamaian, Sabu Liae

Full Text:

PDF

References


Badan Pusat Statistik. (2018). Katalog BPS, Kecamatan Sabu Liae Dalam Angka 2018. Kupang: BPS Kabupaten Kupang.

Basrowi , & Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Bell, C. (1992). Ritual Theory, Ritual Practice. New York: Oxford University Press.

Endraswara, S. (2006). Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Eriyanti, L. D. (2017). Pemikiran Johan Galtung Tentang Kekerasan Dalam Perspektif Feminisme. Hubungan Internasional, 6 (1), 27-37. doi: https://doi.org/10.18196/hi.61102

Galtung, J. (2003). Studi Perdamaian: Perdamaian dan Konflik, Pembangunan dan Peradaban. Surabaya: Pustaka Eureka.

Kaelan, H. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner Bidang Sosial, Budaya, Filsafat, Seni, Agama dan Humaniora. Yogyakarta: Paradigma.

Kaho, R. R. (2000). Orang Sabu dan Budayanya. Kupang: Panitia Sidang Majelis Sinode GMIT XXV di Sabu.

Kana, N. L. (1983). Dunia Orang Sawu. Jakarta: Sinar Harapan.

Kristiani, B. (2014). Skripsi "Produksi Film Dokumenter Investigasi" Taji Tajam Jago Petarung Salatiga" : Sebuah Kontroversi Antara Nilai Budaya dan Pelanggaran Hukum". Skripsi, 2.

Soekanto, S. (1982). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sutrisno, M., & Putranto, H. (2005). Teori-Teori Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Timo, E. I. (2014). Sabu Punya Cerita (Injil di Rai Due Donahu 100 Tahun Lalu). Salatiga: Satya Wacana University Press.

Usman, H., & Akbar, P. S. (2009). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2019 PAX HUMANA

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

ISSN Cetak : 2337-3512 || ISSN Online : 2548-3021

Tim OJS Pax Humana 2016


Google Scholar


Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional.

Lisensi Creative Commons